mirror dari AsSalafy.Org

mirror Situs Resmi Ma'had As-Salafy Jember

Category Archives: Firqoh

2 JIL: TOLAK SYARI’AT ISLAM!

Sekali lagi tentang JIL. Nama sebuah jaringan ini kian tenar, meskipun banyak pihak yang mengecamnya.
Sebenarnya kampanye penyatuan agama, “semua agama itu sama”, “sama-sama menyembah Tuhan”, “Islam bukan agama yang paling benar”, yang lebih populer disebut teologi pluralis, sudah cukup sebagai bukti bahwa mereka adalah para pengusung panji-panji kekufuran, yang pelakunya bisa jadi kafir alias murtad. Baca pos ini lebih lanjut

JIL DAN PENYATUAN AGAMA (1)

Tidak ada keraguan lagi bagi setiap individu muslim, bahwa agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad adalah agama yang paling sempurna sekaligus penyempurna dan penghapus bagi agama-agama sebelumnya. Tidak akan diterima lagi pemeluk agama-agama selain Islam setelah diutusnya Rasulullah . Walhasil, keyakinan seperti ini sebenarnya tidak perlu dikaji ulang, karena nash dari Al Qur’an ataupun As Sunnah tentang hal ini sangatlah banyak dan gamblang, terlebih lagi merupakan kesepakatan seluruh kaum muslimin. Allah berfirman:

“Sesungguhnya agama yang diridhoi oleh Allah hanyalah Islam.” (Ali Imran: 19)
“Barangsiapa yang mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima agama itu darinya dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imran: 85) Baca pos ini lebih lanjut

TASAWUF DAN WALI

Mengangkat tema tasawuf dan kaum Sufi terasa hampa dan kosong tanpa mencuatkan pemikiran mereka tentang wali dan demikian juga karamah. Pasalnya, mitos ataupun legenda lawas tentang wali dan karamah ini telah menjadi senjata andalan mereka didalam mengelabui kaum muslimin. Sehingga dalam gambaran kebanyakan orang, wali Allah adalah setiap orang yang bisa mengeluarkan keanehan dan mempertontonkannya sesuai permintaan. Selain itu, dia juga termasuk orang yang suka mengerjakan shalat lima waktu atau terlihat memiliki ilmu agama. Bagi siapa yang memililki ciri-ciri tersebut, maka akan mudah baginya untuk menyandang gelar wali Allah sekalipun dia melakukan kesyirikan dan kebid’ahan. Baca pos ini lebih lanjut

TASAWUF DAN SHALAWAT NABI

Shalawat Nabi bukanlah amalan yang asing bagi seorang muslim. Hampir-hampir setiap majlis ta’lim ataupun acara ritual tertentu tidak pernah lengang dari dengungan shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad . Terlebih bagi seorang muslim yang merindukan syafa’atnya, ia pun selalu melantunkan shalawat dan salam tersebut setiap kali disebutkan nama beliau . Karena memang shalawat kepada beliau merupakan ibadah mulia yang diperintahkan oleh Allah .
Allah berfirman (artinya): “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kalian kepada Nabi dan ucapkanlah salam kepadanya”. (Al Ahzab: 56) Baca pos ini lebih lanjut

TASAWUF DAN PENGKULTUSAN RASULULLAH

Rasulullah adalah sebaik-baik manusia, tidak ada yang melebihi beliau dalam hal kemuliaan dan kehormatan. Oleh karena itu, Allah I menjadikan beliau sebagai suri tauladan terbaik bagi umat manusia. Allah berfirman artinya): “Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan bagi kalian.” Al Ahzab: 21)
Beliaulah yang harus kita cintai melebihi kecintaan terhadap diri kita sendiri, orang tua, anak, istri dan seluruh umat manusia. Namun Rasulullah melarang umatnya dari sikap berlebihan, terkhusus sikap pengkultusan terhadap diri beliau . Sebagaimana beliau bersabda:
لاَ تُطْرُوْنِيْ كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مِرْيَمَ ، إِنَّمَا أَنَا عَبْدٌ ، فَقُوْلُوا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ
“Janganlah kalian mengkultuskan diriku, sebagaimana orang-orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Hanyalah aku ini seorang hamba, maka katakanlah: “Aku adalah) hamba Allah dan Rasul-Nya.” H.R Al Bukhari) Baca pos ini lebih lanjut

TASAWUF DAN ILMU LADUNI

Ilmu kasyaf atau yang lebih dikenal dengan ilmu laduni (ilmu batin) tidaklah asing ditelinga kita, lebih – lebih lagi bagi siapa saja yang sangat erat hubungannya dengan tasawuf beserta tarekat-tarekatnya. Kata sebagian orang: “Ilmu ini sangat langka dan sakral. Tak sembarang orang bisa meraihnya, kecuali para wali yang telah sampai pada tingkatan ma’rifat. Sehingga jangan sembrono untuk buruk sangka, apalagi mengkritik wali-wali yang tingkah lakunya secara dhahir menyelisihi syariat. Wali-wali atau gus-gus itu beda tingkatan dengan kita, mereka sudah sampai tingkatan ma’rifat yang tidak boleh ditimbang dengan timbangan syari’at lagi”. Benarkah demikian? Inilah topik yang kita kupas pada kajian kali ini. Baca pos ini lebih lanjut

TASAWUF DAN AQIDAH MANUNGGALING KAWULA GUSTI

Tak jauh beda dengan keadaan syi’ah Rafidhah, kaum Sufi – yang sebenarnya masih memiliki keterkaitan akidah dengan mereka – pun mengusung berbagai jenis kesesatan dan kekufuran, sebagai bahaya laten ditubuh kaum muslimin. Bahkan disaat kaum muslimin tidak lagi memperhatikan agamanya, muncullah mereka sebagai kekuatan spiritual yang mengerikan. Sehingga mereka tak segan-segan lagi menampilkan wacana kekufurannya ditengah-tengah kaum muslimin.
Puncak kekufuran yang terdapat pada sekte sesat ini adalah adanya keyakinan atau akidah bahwa siapa saja yang menelusuri ilmu laduni (ilmu batin) maka pada terminal akhir ia akan sampai pada tingkatan fana (melebur/menyatu dengan Dzat Allah). Sehingga ia memiliki sifat-sifat laahuut (ilahiyyah) dan naasuut (insaniyyah). Secara lahir ia bersifat insaniyyah namun secara batin ia memiliki sifat ilahiyyah. Maha suci Allah dari apa yang mereka yakini!!. Akidah ini populer di tengah masyarakat kita dengan istilah manunggaling kawula gusti. Baca pos ini lebih lanjut

HAKIKAT TASAWUF DAN SUFI

Bashrah, sebuah kota di negeri Irak, merupakan tempat kelahiran pertama bagi Tasawuf dan Sufi. Yang mana (di masa tabi’in) sebagian dari ahli ibadah Bashrah mulai berlebihan dalam beribadah, zuhud dan wara’ terhadap dunia (dengan cara yang belum pernah dicontohkan oleh Rasulullah ), hingga akhirnya mereka memilih untuk mengenakan pakaian yang terbuat dari bulu domba (Shuuf/صُوْف). Meski kelompok ini tidak mewajibkan tarekatnya dengan pakaian semacam itu, namun atas dasar inilah mereka disebut dengan “Sufi”, sebagai nisbat kepada Shuuf (صُوْف). Oleh karena itu, lafazh Sufi ini bukanlah nisbat kepada Ahlush Shuffah yang ada di zaman Rasulullah , karena nisbat kepadanya dinamakan Shuffi (صُفِّيٌ), bukan pula nisbat kepada shaf terdepan di hadapan Allah , karena nisbat kepadanya dinamakan Shaffi (صَفِّيٌ), bukan pula nisbat kepada makhluk pilihan Allah Baca pos ini lebih lanjut